Soil Lab Jatiwangi

Title : Terracotta Triennale - Kerja Tanah

Terracotta Triennale merupakan aksi kolektif yang memperluas aspirasi jangka panjang Kota Terracotta, bagian dari kerangka perencanaan tata ruang Kabupaten Majalengka. Sebagai ajang seni, triennale ini mengundang peserta lintas disiplin—seniman, arsitek, arkeolog, pembuat kebijakan, perajin keramik, dan komunitas/kolektif—yang dibayangkan sebagai pelaku pembangunan yang secara aktif mengintegrasikan pendekatan artistik ke dalam perencanaan wilayah.

Mengambil tema “Kerja Tanah” - ini menjadi momen reflektif dalam penghayatan terhadap kerja-kerja yang telah dilakukan tanah sebagai sebuah konsep dasar mengeksplorasi tanah sebagai sumber daya kultural melalui berbagai bentuk. Berbagai upaya mengurangi pola-pola eksploitatif, penghayatan terhadap martabat tanah yang bukan hanya lahan dan bahan tetapi juga gagasan, hingga membuat Tanah menjadi suatu kebudayaan baru.

Ada hal yang luput dari penghayatan terhadap fungsi Tanah. Jika kita menyadari betul banyak sekali “Kerja-kerja” yang dilakukan oleh “Tanah” : menumbuhkan kehidupan - pohon, oksigen, pangan, bahkan industri (genteng). Tanah juga punya fungsi menampung dan menyerap. Namun ada kekhasan fungsi Kerja Tanah yang hadir di Jatiwangi, yaitu menaungi dan melindungi. Hal ini kemudian terbaca sebagai hal yang melampaui kata yang memang menjadi “kerja nyata” tanah.

Kemudian, melihat kembali kerja-kerja Jatiwangi art Factory (JaF) selama ini dengan tanah: upaya mengurangi pola-pola eksploitatif, penghayatan terhadap martabat tanah yang bukan hanya lahan dan bahan tetapi juga gagasan, hingga membuat Tanah menjadi suatu kebudayaan baru. Rasanya ini menjadi hubungan yang begitu harmonis dan romantis. Tanah dan Jatiwangi art Factory saling melindungi, saling menjaga saling bekerja untuk satu sama lain. Hal inilah yang akan direkam dan dicatat dalam Terracotta Triennale 2024 Kerja Tanah. Kerja Tanah.

Seperti halnya nafas dari Terracotta Triennale yang bukan hanya sebuah perhelatan seni, namun juga menjadi tindakan kolektif lanjutan dari aspirasi jangka panjang Kota Terakota, sebagai salah satu perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Majalengka. Terracotta Triennale 2024 Kerja Tanah akan dibuka dengan “Pameran Progres Report II” yang merupakan pembacaan perjalanan Kota Terakota yang pertama kali dideklarasikan pada tahun 2019. Selama 5 tahun perjalanan Kota Terakota, mulai terlihat bentuk upaya pengembalian Tanah pada hakikat fungsi Tanah.

Kerja perlindungan yang dilakukan Perhutana membuat Hutan Kolektif, sebagai perwujudan nyata Tanah sebagai Ruang Hidup. Upaya nyata lainnya juga dilakukan oleh Unit Pelaksana Terakota Daerah (UPTD) dan Posyandu Terakota yaitu membuat “Menu Lain” dari Tanah sebagai Bahan, dengan hanya genggaman tanah dapat menghasilkan nilai yang lebih. Hal menarik juga dilakukan oleh Tajug (Mushola) Al-Fatihah yang menyisipkan pembelajaran mengolah tanah (Ngaji Tanah) pada santri-santrinya, di sela-sela pendalaman Ilmu Agama.

Imajinasi mengenai Kota Terakota tidak hanya sebagai bentuk visual tetapi juga masuk dalam kehidupan sehari-hari. Kitchen Council yang mengeksplorasi kebutuhan dapur (tableware) dan Skinklay sebagai respon perkembangan zaman (kecantikan dunia) berdasarkan kearifan lokal, bahkan tidak lagi menggenggam tetapi hanya mengoles. Upaya mengurangi kelelahan dan beban pundak tanah.

Dalam mengupayakan kedaulatannya, Gamis?? menyusupi ruang-ruang kebijakan. Berbagai kajian dan lobbying terhadap kebijakan daerah maupun nasional dilakukannya melalui peristiwa-peristiwa kultural. Dan tambahan bumbu kemeriahan dan kegembiraan oleh Konsorsium Musik Keramik dengan pendekatan yang lebih populer melalui musik keramik. Jalur Ekonomi pun berusaha ditempuh oleh Apamart Ekosistem, riset dan uji coba dilakukan untuk menemukan bentuk-bentuk lain dari Ekonomi. Ide-ide tentang peningkatan kualitas hidup, merawat dan memelihara sumber daya, dan ekonomi kebudayaan.

Ini menjadi komposisi yang menarik bagi strategi dalam pengupayaan kawasan Kota Terakota. Dari pengalaman yang tertuang dalam “Pameran Progres Report II” diharapkan akan menjadi bacaan kemungkinan kedepan kerja-kerja tanah yang akan dilakukan. Pembacaan kedua terhadap Kemungkinan Kerja-kerja Tanah yang dapat dilakukan dalam Terracota Triennale ialah tambahan material atau subtansi lain - “Terrakota focus on!!”

  • Terrakota focus on material : Bambu, Metal, Kain, dan sebagainya.
  • dan Fokus-fokus lainnya.,
  • Terracotta Focus on Music,
  • Terracotta Focus on Education,
  • and other focal points.

Photos : Alma Noka Alesandro

Scroll to Top
Facebook
WhatsApp
Telegram
X
Threads
Skype
Email
Print

Soil Lab merupakan agenda bersama untuk mendukung kegiatan Soil Culture Laboratory, yang telah ada dan dikerjakan oleh komunitas. Berbagai upaya ini dilakukan untuk mengatasi berbagai krisis yang terjadi, demi menjaga kelangsungan hidup sebagai komunitas.

Soil Lab merupakan agenda bersama untuk mendukung kegiatan Laboratorium Kultur Tanah yang telah ada dan dikerjakan oleh komunitas. Berbagai upaya ini dilakukan untuk mengatasi berbagai krisis yang terjadi, demi menjaga kelangsungan hidup sebagai komunitas.

Harvesting berarti juga menyiapkan serangkaian platform untuk memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan itu sendiri. Pengetahuan lebih baik dilakukan di antara jaringan lokal melalui berbagai cara pemanenan. Beberapa cara pemanenan khususnya pada agenda bersama dan Soil Culture Lab di masing-masing lokasi Program Residensi.

The New Rural School is an artistic research program that conducted across several collective lands and plantations within the Lumbung Land network. It adopts the concept of “Pesantren,” utilizing the ‘nyantrik’ method—a learning approach that emphasizes deep bodily engagement and sensory immersion in activities led by the hosts of the land or farm.